Menjadi seorang guru ada Indah, ada Lucu dan ada Sakitnya...tapi itulah keunikannya...menjadi seorang guru. Aku tidak mahu membahaskan mengenai pendapat sesetengah orang yang mengatakan tugas menjadi guru ini mudah, sebab bagi aku persoalan itu sangat subjektif; lagi pula, aku malas untuk bertekak dengan manusia-manusia yang mempersoalkan betapa mudahnya tugas guru. Bagi aku, adakalanya menjadi guru sangat mudah, selalunya ia sangat susah. Menjadi guru sangat indah tapi adakalanya ia menyakitkan, menjadi guru sangat lucu tapi selalunya ia sangat serius, menjadi guru sangat meruntun hati dan perasaan dan selalunya ia dibalas dengan kebaikan yang berpanjangan. Kesimpulannya, hanya mereka yang menjadi guru, yang tahu menjawab persoalan ini melalui persepsi masing-masing. ( bagi pendapat aku, bagi yang kurang bersetuju, aku mohon maaf). Bagi mereka yang tetap mempersoalkan mengenai tugas guru, biarkanlah mereka dengan pendirian mereka. Wahai golongan guru, kita pekakkan saja telinga dan teruskan dengan tugas penuh cabaran dan mencabar ini dengan dedikasi.
Untuk entriku kali ini, aku mahu ceritakan mengenai seorang anak murid tahun satuku yang bernama Ikmal. Ikmal, mengenang anak muridku ini, aku sering tersenyum sendiri. Keletahnya, perangainya dan cara dia bercakap. Badannya kecil sahaja, tapi kepalanya agak besar sedikit. Melihat kekecilan( sebenarnya kependekan dia...) mengenang aku kepada diriku sendiri...sebab aku juga dari golongan mereka yang ketot...hahaha!!!!
Ikmal....yang pelat
Aku teringat kisah bulan Januari yang lalu, ketika itu aku dan kawanku Jihah mengajar Jawi kelas tahun 1. Setelah mengajar murid2 tersebut menyebut huruf-huruf hijaiyah jawi, kami pun memberikan latihan kepada mereka. Aku dan jihah membimbing mereka membuat latihan tersebut. Aku membimbing Ikmal, entah kenapa aku tertarik untuk membimbingnya. Latihan itu meminta mereka untuk mengira jumlah huruf yang sama dan menulis nombor bagi setiap jumlah huruf yang sama. Aku ingat lagi ketika itu, aku menyuruh Ikmal mengira jumlah huruf "PA". Ikmal mula mengira huruf tersebut...
Aku: Ikmal, kira jumlah huruf "PA".
Ikmal: dalam pelat....Tatu...dua...tiga....tiga ustazah...
Aku: betul...Tiga...sekarang tulis nombor tiga.
Ikmal: (dengan jujur sambil memandang mukaku...)ustazah...taya tidak tau...numbur tatuuuuuu(Ikmal menyebut tuuuu...dengan agak panjang) ja yang taya tau......
Aku: menahan gelak...takut Ikmal lkecil hati dan dalam menahan gelak...aku berkata
" oh...bah mari ustazah pegang jari kau...ikut tangan ustazah aaa Ikmal"....
Sehingga sekarang, jika aku mengenang kembali cerita ini, aku tersenyum sendiri, dan kata-kata Ikmal sering jadi ikutan aku dan kawan2. hahaha....Ikmal2.
Ikmal Sudah Pandai....
Syukur Alhamdulillah...selang tiga minggu (pada perkiraanku) Ikmal sudah pandai menulis nombor dua dan tiga...aku dapat mengesan perubahan Ikmal ketika aku ditugaskan untuk "relief" kelas tahun 1, kawanku suzie yang sudi menemankan aku menjaga kelas tahun 1, memanggil Ikmal dan menyuruhnya untuk menyebut beberapa perkataan dan menulis nombor dua dan tiga...alhamdulillah Ikmal sudah pandai menulis nombor dua tiga. Ikmal menulisnya di udara, dan tulisan di udara itu, memang betul membentuk figure bagi nombor dua dan tiga, aku pasti guru matematiknya telah mencurahkan sepenuh tenaga mengajar Ikmal dan murid sekelasnya yang lain mengenal, menyebut dan menulis nombor. Indahkan...(sila baca perenggan pertama bagi memahami maksud tersirat bagi perkataan..."indahkan"... kalau tidak faham juga, buat2 faham kasi senang hati aku).
Kisah Ikmal...budak kecik yang tiut (ikut sebutan Ikmal)...
Rupanya Ikmal punya masalah pertuturan, begitu kata ibunya lewat pertemuanku dengan ibunya pada sabtu yang lalu (12hb). Dulu Ikmal selalu pergi review bagi menyelesaikan masalah pertuturannya. Tapi sekarang Ikmal sudah tidak lagi perlu review bagi masalah pertuturannya. Mengikut kata ibunya, doktor mengesahkan yang masalah pertuturan Ikmal sudah pulih, sekarang ini Ikmal review bagi masalah perkembangan. kasihan si Ikmal...budak kecil yang tiut. patutlah Ikmal pelat dan kecil....a.k.a pendek(padahal ibunya tidak pendek)
Anak-anak Murid....
Anak-anak murid tidak tahu bagaimana kasihnya kita kepada mereka. bagaimana penat lelah kita mengajar mereka. Seringkali pula mereka membuat kita marah dan kecewa.
Guru-guru....
Kadang-kadang kita sebagai guru pun tidak tahu bagaimana kasihnya murid kita kepada kita. Seringkali juga kita mengabaikan mereka sehingga membuatkan mereka ketinggalan, ada rasa kecewa dan rasa terabai.
Uniknya....G & M
Itulah uniknya menjadi Guru dan Murid....
tidak dapat dipisahkan...
ada Guru maka adalah murid...
ada murid maka adalah guru...
No comments:
Post a Comment